Ekspor Manufaktur Yang Tumbuh Melejit di 2020
Industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor US$131,13 miliar sepanjang 2020 atau naik 2,95 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja ini membuat neraca perdagangan manufaktur 2020 surplus US$14,17 miliar.
”Kami memberikan apresiasi kepada para pelaku industri di tanah air yang masih agresif menembus pasar ekspor di tengah tekanan kondisi pandemi Covid-19,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian, R. Janu Suryanto melalui siaran pers, Kamis (28/1/2021).
Janu menjelaskan sektor industri pengolahan masih memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, terutama melalui capaian nilai ekspornya. Dengan nilai US$131,13 miliar tersebut, sektor industri menyumbang dominan hingga 80,30 persen dari total nilai ekspor nasional yang mencapai US$163,30 miliar pada 2020.
Sementara itu, kinerja ekspor industri pengolahan pada Desember 2020 juga mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai ekspor industri pengolahan pada Desember 2020 tercatat sebesar US$12,92 miliar atau naik 6,79 persen dibandingkan dengan capaian pada November 2020 (m-to-m) yang US$12,09 miliar.
“Jadi, neraca perdagangan industri pengolahan pada bulan Desember 2020 mencatatkan surplus US$1,07 miliar,” ujarnya.
Sementara itu apabila dibandingkan dengan Desember 2019, kinerja ekspor industri pengolahan pada bulan terakhir 2020 naik sebesar 19,14 persen.
Berikut ini sektor industri yang mencatat surplus di atas US$100 juta pada Desember 2020.
- Industri makanan sebesar US$2,56 miliar
- Industri pakaian jadi (US$587,26 juta)
- Industri logam dasar (US$516,17 juta)
- Industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki (US$397,45 juta)
- Industri kertas dan barang dari kertas (US$329,14 juta)
- Industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur), dan barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya US$304,44 juta
- Industri karet, barang dari karet, dan plastik (US$292,59 juta)
- Industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer (US$233,65 juta)
- Industri furnitur (US$146,53 juta).
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut berbagai langkah telah dijalankan oleh Kemenperin dalam upaya meningkatkan nilai ekspor dari sektor industri pengolahan.
Upaya itu di antaranya adalah pembinaan industri melalui peningkatan daya saingnya dan penyiapan produk unggulan. “Kemudian, pemanfaatan free trade agreement (FTA) seperti percepatan negosiasi FTA, perluasan ke pasar nontradisional, dan inisiasi FTA bilateral sesuai kebutuhan industri,” tuturnya.
Di samping itu, dilaksanakan program promosi internasional melalui pendampingan promosi dan ekspor, peningkatan kapasitas produsen untuk ekspor, serta melakukan link and match dengan jejaring produksi global.
Agus menilai diperlukan juga dukungan fasilitas seperti fasilitasi pembiayaan ekspor, pendampingan kasus unfair trading, dan penurunan hambatan ekspor (NTMs).
Agus menambahkan keikutsertaan Indonesia sebagai official partner country pada ajang Hannover Messe 2021 bisa menjadi momentum untuk memperkenalkan kesiapan industri Indonesia di era industri 4.0, mempromosikan kerja sama investasi dan ekspor sektor industri, serta memperkuat kerja sama bilateral dengan Jerman maupun dengan negara-negara lain yang berorientasi inovasi teknologi.
“Ajang ini penting untuk Indonesia, tidak hanya karena sebagai negara pertama di Asean yang menjadi official partner country, tetapi juga mendukung upaya national branding atas posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan baru ekonomi dunia dan pemain manufaktur global,” katanya.
submer : https://ekonomi.bisnis.com/read/20210128/257/1349074/ekspor-manufaktur-2020-bertumbuh-berikut-sektor-yang-melejit